Berita Terbaru

header ads

Mengapa Pariwisata Pusaka? Perubahan Tren dan manfaat Pariwisata Pusaka.

Berbagai penelitian tentang industri pariwisata akhir-akhir ini telah sampai pada kesimpulan yang pasti bahwa pariwisata pusaka adalah bagian dari industri pariwisata yang paling maju perkembangannya (lihat misalnya Jamieson, 1998; Boniface & Fowler, 1993). Hal ini bisa terlihat dari jumlah penyelenggara (negara, lembaga dan operator/penyelenggara), dan terutama dari segi jumlah wisatawannya. Meningkatnya jumlah wisatawan jenis ini terkait dengan nilai tambah yang mereka dapatkan berupa pengetahuan dan pengalaman budaya serta kenyamanan, yang akhirnya dapat meningkatkan kemungkinan untuk datang kembali.

Namun sayangnya, sebagian besar daerah tujuan wisata saat ini berkembang ke arah yang membuat satu sama lain semakin mirip. Atraksi-atraksi yang ditawarkan, bentuk pelayanan yang seragam, pengalaman yang diperoleh dan bahkan cindera mata yang dibawa pulang hampir tidak bisa dibedakan lagi.



Kondisi semacam ini dianggap membosankan oleh sebagian besar wisatawan yang menghendaki pengalaman yang berbeda, spesifik dan otentik/asli dari berbagai tujuan wisata yang didatanginya. Dengan kata lain, tren wisata dunia berkembang dari pariwisata yang bersifat massal/umum ke pariwisata yang bersifat alternatif/khusus.

Di sisi lain, masyarakat di berbagai tempat mulai resah dengan kondisi memudarnya berbagai praktek budaya lokal (adat istiadat hingga berbagai kesenian dan kerajinan lokal) serta semakin rusaknya kondisi alam. Hal ini disebabkan oleh adanya persinggungan dengan budaya luar dan anggapan bahwa budaya sendiri sudah kuno dan tidak menarik. Pemanfaatan sumberdaya alam kian meningkat untuk memenuhi kebutuhan manusia juga telah menyebabkan lingkungan alam menjadi semakin rusak. Di tengah kondisi semacam inilah diperlukan sebuah alternatif usaha yang bisa memberikan keuntungan ekonomi sekaligus menjaga martabat dan keberadaan budaya lokal serta melindungi lingkungan alam.

Pariwisata pusaka merupakan bentuk pariwisata yang menyatukan kegiatan pendidikan, wisata, pelestarian budaya maupun alam dan aktifitas ekonomi. Karena budaya lokal dalam konteks aslinya adalah atraksi utama, maka keresahan akan pudarnya budaya lokal bisa diatasi. Demikian pula dengan kelestarian lingkungan alam. Alam tidak perlu lagi dieksploitasi untuk menghasilkan uang akan tetapi justru akan menghasilkan uang dengan cara dipertahankan kelestariannya.


GAMBARAN SINGKAT PARIWISATA PUSAKA

Internasional

Menurut Departemen Perdagangan Amerika, pada tahun 2004, terdapat lebih dari 10,6 juta wisatawan yang melakukan kunjungan antar negara dan berpartisipasi dalam kegiatan wisata pusaka selama mereka berada di negara tujuan wisata. Lima negara yang wisatawannya paling banyak melakukan kegiatan wisata jenis ini adalah Inggris, Jepang, Jerman, Perancis dan Australia.



• Wisatawan pusaka-budaya mancanegara yang berkunjung ke suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW) rata-rata menghabiskan lebih dari 19 hari (sementara rata-rata lama berkunjung wistawan mancanegara adalah 16 hari)

• Lebih dari 72% berkunjung untuk tujuan bersenang-senang/berlibur (sementara hanya 62% wistawan mancanegara melakukannya untuk tujuan yang sama)

• 41% wisatawan jenis ini menyatakan keinginan mereka untuk mengunjungi lebih dari satu negara (hanya 30% pada wisatawan mancanegara lainnya).

(Sumber: Departemen Perdagangan Amerika, 2005)



Di Amerika Serikat

81% dari total 146,4 juta orang dewasa yang melakukan perjalanan wisata di Amerika adalah mereka yang melakukan kegiatan pariwisata pusaka. Jika dibandingkan dengan tipe wisatawan umum, wisatawan tipe ini:

• pengeluarkan uang lebih banyak (US$ 623:US$ 457) M

• Menggunakan hotel, motel atau penginapan lebih banyak (62%: 55%)

• Total pengeluaran kurang lebih US$ 1000 lebih banyak( 19% :12%)

• Rata-rata waktu bermalam lebih lama (5,2 malam: 3,4 malam)

• Jumlahnya meningkat dari 192,4 juta orang pada tahun 1996 menjadi 216,8 juta orang pada tahun 2002

• Mereka lebih muda dan lebih kaya, lebih berpendidikan dan lebih paham akan teknologi

• 35,3 juta orang dewasa menyatakan bahwa aktifitas atau kegiatan kesenian, budaya yang spesifik sangat mempengaruhi pilihan tujuan wisata mereka

(Sumber: Asosiasi Industri Perjalanan Amerika dan Majalah Smithsonian “The Historic/Cultural Traveler”,edisi tahun 2003)



Di Indonesia

Meski data wisatawan yang berhubungan dengan pariwisata pusaka di Indonesia tidak tersedia, akan tetapi jumlah pengunjung lokasi-lokasi wisata yang menawarkan warisan budaya kita seperti, Istana Tampak Siring di Bali, Istana Yogyakarta serta bangunan candi seperti Borobudur dan Prambanan terus mengalami peningkatan. Tahun 2006 jumlah wisatawan yang berkunjung ke lokasi-lokasi tersebut hanya 1.923.073, sementara tahun 2007 (hingga bulan Mei saja) telah mencapai 2.051.736. Taman Nasional Komodo (sebagai salah satu warisan alam yang penting), jumlah pengunjungnya hampir mencapai 30.000 orang setiap tahunnya.

Meskipun tidak ada data statistik yang mendukung akan tetapi, jumlah kunjungan wisatawan (nusantara maupun mancanegara) ke daerah-daerah di Indonesia yang menawarkan keanekaragaman budaya dan bentang alam dipercaya terus mengalami peningkatan.

(Sumber: Buku Saku Statistik Kebudayaan dan Pariwisata, 2007)



PERUBAHAN TREN DI DUNIA PARIWISATA

• Wisata sambil belajar dan wisata petualangan semakin meningkat popularitasnya.

• Penyelenggaraan wisata berskala kecil semakin diminati.

• Jumlah wisatawan yang berkunjung harus dibatasi pada tingkatan yang bisa ditolerir oleh sumberdaya yang dipromosikan.

• Daerah-daerah terpencil dan cenderung tertutup justru dipandang sebagai tempat wisata yang aman.

• Wisatawan ingin melihat budaya yang berbeda, melihat atraksi lokal, membeli barang produksi lokal, bertemu dengan penduduk lokal dan menghadiri acara-acara lokal.



Manfaat Pariwisata Pusaka



Keuntungan-keuntungan pengembangan pariwisata pusaka (Walker, 1996):

1. Ekonomi



• Tersedianya kesempatan kerja;

• Keragaman lapangan pekerjaan;

• Peningkatan pendapatan penduduk maupun daerah;



2. Fisik



• Mempertahankan bangunan bersejarah dan pusaka budaya/alam;

• Peningkatan infrastruktur;

• Meningkatnya upaya-upaya konservasi flora/fauna dan ekosistemnya;



3. Sosial



• Semakin dikenalnya masyarakat di daerah tujuan wisata;

• Meningkatnya upaya-upaya menjaga nilai-nilai budaya setempat;

• Meningkatnya kebanggaan warga; meningkatnya kesempatan akan pendidikan yang lebih tinggi;

• Membantu warga untuk lebih memahami diri sendiri (siapa mereka, di mana mereka berada serta apa keunikan mereka);





Sumber: PARIWISATA PUSAKA: Masa Depan bagi Kita, Alam dan Warisan Budaya Bersama. Publikasi dari © UNESCO Office, Jakarta





Posting Komentar

0 Komentar