Tangerang, 14 November 2021. Tahukah kamu jika Indonesia peringkat ketiga sebagai negara yang menghasilkan sampahplastik terbesar di dunia. Dijelaskan dalam laman indonesia.go.id, pada 2020, Indonesia menghasilkan sampah plastik sebanyak 67,8 juta ton atau terdapat 185.753 ton sampahsetiap harinya dihasilkan oleh 270 juta penduduk. Sementara itu, kantong plastik yang terbuang ke lingkungan sebanyak 10 miliar lembar per tahun atau sebanyak 85.000 ton kantong plastik.
Jika dibiarkan, sampah-sampah plastik akan merusak lingkungan baik darat maupun lautan.Pengolahan sampah yang buruk akan berdampak pada perubahan iklim. Tentu kondisi ini sangat mengkhawatirkan.
Tergerak atas kondisi tersebut, ibu-ibu atau emak-emak zaman now di Kecamatan Sukadirimengadakan pelatihan pengolahan sampah plastik menjadi ecobrick. Acara ini digelar pada Minggu pagi, 14 November 2021 bertempat di Taman Kupu-kupu Sukardi Desa Gintung Kecamatan Sukadiri Kabupaten Tangerang.
Menurut Ahmad Yunus, pengelola Taman Kupu-Kupu Sukardi sekaligus instruktur pelatihan ini, "Ecobrick sendiri pada dasarnya merupakan botol plastik bekas yang diisi segala jenis plastik bekas, bersih dan kering, mencapai kepadatandan berat tertentu."
Ecobrick adalah akronim dari ecology brick atau bata ekologi. Ecobrick berfungsi sebagai balok bangunan yang dapat digunakan berulang-ulang. Ecobrick juga dapat dibuat dengan material yang tidak bisa terurai secara alami, yang akan mengeluarkan racun bagilingkungan (Misalnya: Styrofoam, kabel, baterai kecil, dll.).
Masih menurut Yunus, ecobrick adalah sesuatu yang baru bagi masyarat sekitar. Inisiasi pelatihan ini bagus untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya mengolah sampah plastik mulai dari lingkungan rumah.
"Acara ini diadakan sebagai suatu gerakan penyadaran kepada warga tentang bagaimana kita bisa mulai memilah, mengolah sampah rumah tangga menjadi kerajinan yang lebih bermanfaat" terang ibu Hj. Nunung, ketua panitia pelatihan.
Peserta diminta membawa sendiri sampah plastiknya. Di pelatihan ini peserta diajarkan praktek membuat ecobrick, mulai dari menggunting sampah plastik, memasukan sampah plastik yang telah dipotong-potong, memadatkan sampah plastik dalam botol, lalu menimbangnya dengan berat 200-260 gram.
Ecobrick merupakan pengolahan sampah dengan cara pemadatan, yaitu proses untuk mengurangi timbunan sampah dengan mengubah volume sampah itu sendiri. Ecobrick juga mampu memberikan kehidupan baru bagi limbah plastik. Tidak mencemari perairan atauberakhir di TPA, tapi dapat dimanfaatkan menjadi material bangunan dan furniture.
"Ibu-ibu lihat, sampah plastik yang ibu-ibu bawa, kalo dijadiin ecobrick hasilnya jadi kecil. Ini bermanfaat sekali mencegah pencemaran lingkungan. Daripada dibakar atau dibuang ke-tpa, sampah plastik jadiin ecobrick aja!" ujar instruktur pelatihan.
Menurut Ade, salah satu peserta asal Sepatan yang turut hadir dalam pelatihan ini menyampaikan bahwa kini ia semakin sadar dan bertekad untuk tidak menyia-nyiakan sampah plastik yang ia temui. Dan siap menjadikan sampah plastik menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat.
0 Komentar