Berita Terbaru

header ads

Potensi Dasar Diri Manusia


Potensi dapat diartikan sebagai kemampuan dasar dari sesuatu yang masih terpendam di dalamnya yang menunggu untuk diwujudkan menjadi suatu kekuatan nyata dalam diri sesuatu tersebut. Dengan demikian, potensi diri manusia adalah kemampuan dasar yang dimiliki manusia namun masih Terpendam di dalam dirinya, yang menunggu untuk diwujudkan menjadi suatu manfaat nyata dalam kehidupan diri manusia. 



Jadi potensi diri manusia adalah suatu kekuatan atau kemampuan dasar manusia yang telah berada dalam dirinya, yang siap untuk direalisasikan menjadi kekuatan dan manfaat nyata dalam kehidupan manusia di muka bumi ini.

Jenis-jenis potensi diri manusia

Potensi diri manusia secara utuh adalah keseluruhan badan atau tubuh manusia sebagai suatu sistem yang sempurna dan paling sempurna bila dibandingkan dengan sistem makhluk hidup ciptaan Tuhan lainnya. Apabila di Identifikasikan, potensi-potensi yang telah ada pada diri manusia adalah akal pikiran, hati, dan indra. Potensi apapun yang ada pada diri manusia, masing-masing mempunyai fungsi, masing-masing dapat tumbuh berkembang, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama, baik disengaja, maupun secara alami. Sesuai dengan potensi diri yang telah Allah berikan kepada manusia, konsekuensi logisnya adalah manusia harus memanfaatkan dan mengaktualisasikan semaksimal mungkin dalam hidup dan kehidupannya.

  • Akal pikiran otak manusia

Para ahli psikologi sepakat bahwa otak manusia adalah sumber kekuatan yang luar biasa dan dahsyat, yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Mereka mengklasifikasikan otak menjadi dua klasifikasi, yaitu otak kiri dan otak kanan. Secara ringkas otak kiri berfungsi untuk menghafal / mengingat, logika, berhitung, menganalisis, memutuskan dan bahasa. Sedangkan otak kanan berfungsi untuk melakukan aktivitas imajinasi, intuisi, kreasi kreativitas, inovasi, seni. Secara umum manusia yang dilahirkan normal di dunia ini telah diberikan Allah Kemampuan kemampuan dasar tersebut. Tugas otak tersebut akhirnya adalah melakukan kegiatan berpikir, yaitu berpikir untuk menghasilkan karya nyata melalui bahasa, logika, intuisi, kreativitasnya. Jadi otak manusia adalah sumber kekuatan manusia untuk menghasilkan Karya melalui proses berpikir. Bahkan menurut David J Schwartz berpikir positif dapat mendatangkan mujizat.

  • Hati

Hati ibaratnya cermin, yang berfungsi untuk melihat diri kita apakah diri manusia cantik, baik atau buruk, setengah baik atau setengah buruk dan sebagainya. Hati tempat untuk berkaca tentang hal-hal yang baik dan buruk untuk menilai apakah suatu perbuatan itu baik atau buruk. Hati tidak dapat dibohongi betapapun kita mengatakan bahwa yang kita lakukan itu benar dan baik, padahal hati kita mengatakan bahwa perbuatan itu sebetulnya dikatakan buruk atau tidak benar oleh hati kita. Itulah hati yang telah sampai pada Fitrah bersih Suci sehingga mampu berfungsi sebagai Radar untuk mendeteksi segala macam situasi, keadaan dan kejadian.

Hati juga merasakan sesuatu yang menyenangkan dan menyedihkan, membahagiakan dan menderita. Jadi dengan hati manusia telah diberikan suatu alat untuk menimbang-nimbang tentang kegiatannya di dunia ini, apakah kegiatan itu baik atau buruk, benar atau salah, juga senang dan susah, bahagia dan menderita. Baik dan buruk, benar dan salah atas tindakan manusia akan mempunyai konsekuensi, baik di dunia maupun di akhirat nanti.

Hati juga adalah tempat bersemayamnya nafsu. Nafsu dapat disamakan dengan kehendak. Manusia yang lahir di dunia telah dilengkapi dengan potensi nafsu adalah, yaitu suatui bagian dari tubuh manusia yang dapat menghasilkan kehendak atau Karsa. Yaitu kemampuan atau keinginan untuk melakukan sesuatu baik yang bersifat baik maupun yang bersifat buruk.

Nafsu sering dikategorikan menjadi 3 Jenis nafsu, yaitu Nafsu amarah, nafsu lawwamah, dan nafsu Muthmainnah. Nafsu amarah  mempunyai ciri sebagai kehendak untuk marah, emosi, benci, fitnah, dengki, kikir, dan sebagainya. Potensi ini perlu mendapatkan perhatian khusus agar manusia terjerumus ke dalam tindakan yang merugikan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Nafsu lawwamah mempunyai ciri sebagai kehendak untuk mencintai dan menyayangi pada lawan jenis, cinta dan senang akan harta, anak, kekuasaan dan sebagainya. Mencintai adalah sifat yang baik, tetapi mencintai berlebih-lebihan dapat menimbulkan ketidak baikan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Nafsu Muthmainnah mempunyai ciri sebagai kehendak untuk selalu mencintai sang pencipta, yaitu kepatuhannya untuk menjaga kewajiban ibadah kepada Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.

Dari 3 nafsu tersebut, nafsu pertama, amarah cenderung mendorong manusia berbuat keonaran, kerusakan, keributan, pertengkaran, kejahatan, dan pembunuhan di muka bumi ini. Kemudian nafsu lawwamah mempunyai dua kecenderungan, bisa baik dan bisa buruk, bisa positif dan bisa negatif. Pada kekuatan nafsu Muthmainnah, nafsu yang mendorong manusia untuk selalu patuh dan taat kepada Allah, mau meninggalkan larangan-Nya, demi mewujudkan sifat Asmaul Husna dalam hidupnya. Apabila nafsu Muthmainnah sangat kuat, maka nafsu lawwamah akan mengikuti nafsu Muthmainnah. Selain itu, Nafsu syahwat, nafsu terhadap harta dan kekuasaan dapat disalurkan sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Sebaliknya, Apabila Nafsu amarah yang lebih kuat, maka nafsu syahwat, nafsu terhadap harta dan kekuasaan akan disalurkan dengan cara-cara salah di luar aturan Allah yang telah ditetapkan, sehingga aturan Allah akan dilanggar tanpa menghiraukan akibatnya baik untuk dirinya maupun untuk orang lain dan masyarakat luas.

  • Indra

Secara umum kita dapat mengenali potensi Indra kita yang disebut dengan panca indra yaitu Indra yang berjumlah 5. Kalimat tersebut adalah mata, telinga, hidung, lidah, dan tangan.

Ketiga jenis potensi diri utama manusia tersebut di atas akal, hati dan Indra akan diserahkan kepada setiap pribadi manusia itu sendiri, apakah akan dioptimalkan pemanfaatannya ataukah akan dibiarkan begitu saja dengan berlalunya waktu. Sehingga hasil yang dicapai Manusia dalam kehidupannya juga akan tergantung dari upayanya tersebut. Sukses atau gagal, bahagia atau sengsara, untung atau rugi, dalam hidup akan sepenuhnya tergantung dari usaha manusia sendiri.

kepustakaan
Slamet Wiyono: 2006. Manajemen Potensi Diri. (edisi Revisi) Jakarta: Grasindo 
---
Kajian Utama Edisi Februari 2019


Posting Komentar

0 Komentar